PERANAN TEUKU HAMID AZWAR SEBAGAI PEJUANG
ACEH DALAM PERANG MEMPERTAHANKAN
PROKLAMASI KEMERDEKAAN 1945-1949
DAN PERANAN TEUKU HAMID AZWAR SEBAGAI
PEJUANG
Tahun 1945 Aceh belum memiliki saranan
transprotasi dan komunikasi yang memadai. Kalaupun ada seluruh alat
transportasi dan komunikasi tersebut masih dikuasai oleh jepang. Berita
terakhirnya penjajahan di bumi persada yang telah bertahun tahu, siang dan malam,
ditunggu oleh seluruh anak negripun sudah barang tentu tidak bisa cepat di
terima. Apalagi berita tentang “proklamasi kemerdekaan indonesia” sangat tidak
dinginkan oleh jepang sampai ke daerah ini.
Namun, kendala penyampaian berita
tentang kemerdekaakn indonesia 17 agustus 1945 tidak mengurangi semangat
pejuang rakyat aceh. Seperti air berita tentang proklamasi kemerdekaan tidak
bisa di bendung, mengalir dari celah-celah yang tidak pernah di duga oleh
jepang. Itulah sebabnya,meskipun relatif jauh dari pusat ibu kota dan kurang
menerima intruksi-intruksi,nyantan aceh bisa merebut kemerdekaan dari tangan
militerisme jepang. Sekaligus aceh siap mental dan fisik dalam membangun
pemerintah republik indonesia bersama tentara keamanan rakyat.
Komentar tentang perjuangan mambangun
pemerintah indonesia dan keberhasilan mendirikan tentara keamanan rakyat (TKR
) diakui oleh jendra besar AH.Nasition
mantan Menko Hankam/ KASAD:
”Aceh adalah
daerah sumatera yang paling sempurna melaksanakan proklamasi 17 Agustus 1945
berkat ketegasan pimpinan Teuku Nyak Arief dan kawan kawan semangat kemerdekaan
rakyat yang eksploisif yang pada setiap kesempatan meledak untuk merebut
kemedekaan kembali. Adalah aneh namapaknya, justru daerah yang paling jauh dari
pusat, yang dapat berbuat demikian membuktikan proklamasi sudah kehendak
seluruh rakyat dan bukan bikinan Soekrano-Hatta panitian persiapan saja. Mereka
hanya menyalurkan. Di Aceh ini jauh lebih maju dan lebih konsekuen daripada
dari pada di Jakarta sendiri tempat pimpinan Soekarno-Hatta. “1)
Kaum
nasionalis (pergerakan kebangsaan) Aceh di nilai maju dan cepat membangun
Pemerintahan Republik Indonesia, sekaligus mendirikan Tentara Keamanan Rakyat
(TKR). Keberhasilan Aceh tidak terlepas dari tokoh Teuku Nyak Arief (Pahlawan
Nasional) dan kawan-kawan dengan ketegasan mampu menggerakan rakyat Aceh
merebut kemerdekaaan dai fasisme Jepang.
Ciri-ciri dan kualitas kepemimpinan Teuku Nyak Arief cukup menonjol dengan sistem penyelenggaraan
kepemimpinan yang “kolektif”. Kepimpinan kolektif diterapkan di hampir deluruh
aspek kegiatan pemerintahan di bidang sipil, militer, dan kemasyrakatan.
Di bidang pemerintahan,Aceh memiliki
trio yang sangat kuat yaitu Teuku Nyak Arief, Teuku Ahmid Jeunib ( abang
kandung Teuku Nyak Arief ) dan Teuku Muhammad Ali Pnglim Polim. Trio ini pada
zamannya sangat tangguh dan cukup berpengalaman.
Di bidang kemasyarakatan, di kenal tiga
sekawan yang cukup andal, yaitu Teuku Nyak Arief, Teungku Muhammad Dud Beureueh, dan Teungku
Haji Hasan kreung Kale. Tiga sekawan ini melambangkan perstuan dan kesatuan
antara Umara dan Ulama.
Di bidang militer, sangat terkenak Tiga
serangkai yang tangguh,yaitu Teuku Nyak Arief,Syamaun Gaharu (pangkat terakhir
Brigijen purn.,Mantan Panglima pertama Kodam I Iskandar Muda) dan Teuku Hamid
Azwar. Kepemimpinan Tiga serangkai tersebut di bidang kemiliteran Aceh dikenal
sebankai daerah yang pertama kali mendirikan Angkatan Pemuda Indonesia (TNI).
Dalam makalah ini, tokoh yang akan di
soroti peran dan perjuanganya adalah seorang yang dikenal sebakai “perancang
strategi” pembentukan Angkatan Pemuda Indonesia (API) sebakai cikal bakal
angkatam perang indonesia (TNI).
Tokoh tersebut adalah Teuku Haji Abdul Hamid Azwar, yang dalam
penulisan ini disingkat Teuku Hamid
Azwar.
Pada awal kemerdekaan di Aceh,Teuku
Hamid Azwar sangat dekat dengan Teuku Nyak Arief, Residen Negara Republik
indonesia pertama Ace. Keakraban ini disebabkan antara lainkarana selain
keduanya masih memeliki hubungan keluarga, juga memiliki hubungan pekerjaan di
bidang militer.
Keduanya pernah mendapat pendidikan
agama Islam yang kuat dan memiliki paham yang sama dalam Perjuangan Kemerdekaan
Indonesia. Sekalipun sama-sama keturunan ninggrat, keduanya memiliki
nasionalisme yang tinggi.
Pada masa itu terdapat keretakan dan
saling curiga antara dua golongan besar masyrakat di Aceh, yaitu antara
golongan Ulee balang (umara) dan golongan Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA)
akibat politik divide et impera (politik pecah belah ) Belanda dan Jepang untuk
melemahkan kekuatan Aceh. Akan tetapi Teuku Nyak Arief dan Teuku Hamid Azwar
bisa menepatkan diri sangat dekat dengan golongan Uleebalang maupun golongan
PUSA. Teuku Nyak Arief selalu berupaya mempersatukan
kedua golongan tersebut guna perstuan dan kesatuan bangsanya.
Teuku Nyak Arief juga sering
meminta pendapat, bahkan mempercaya sepenuhnya bidang militer kepada Teuku
Hamid Azwar dan Syamaun Gaharu.
Di samping sebagai Residen Aceh,
pada awal kemerdekaan, Teuku
Nyak Arief juga diangakat oleh pemerintah pusat sebagai Anggota Staf Umum
Tentara Republik Indonesia Komandemen
Sumatera dengan pangkat Mayor. Tugasnya
adalah sebagai kaordinator dan pengawas TRI Komdemen Syamaun
Gaharu,sedangkan kepala stafnya Mayor
Teuku Nyak Arief.
Meskipun perjuanganya pada masa perang
kemerdekaan di aceh sangat berat, Teuku Hamid Azwar terkenal tidak suka banyak
bicara tentang perjuanganya sendiri.
thankss,,
ReplyDeletesangat membantu,,
keren bangett blog kakak
ReplyDeletemaksih ya kakak ...